Saṃyuktāgama
199. Kotbah Kedua kepada Rāhula
Demikianlah telah kudengar. Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Rājagaha di Hutan Bambu, Tempat Memberi Makan Tupai.
Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada Rāhula: “Bagaimanakah [seharusnya] seseorang mengetahui dan bagaimanakah [seharusnya] seseorang melihat sedemikian sehingga dalam tubuh [milikku] ini dengan kesadaran dan semua tanda eksternal tidak ada [pemikiran] ‘aku’, ‘milikku’, dan kecenderungan yang mendasari, belenggu, dan kemelekatan pada kesombongan-aku?”
Rāhula berkata kepada Sang Buddha: “Sang Bhagavā adalah akar Dharma, mata Dharma, landasan Dharma. Akan baik jika Sang Bhagavā menjelaskan makna hal ini sepenuhnya kepada para bhikkhu. Setelah mendengarkannya, para bhikkhu akan menjunjung tinggi dan menerimanya dengan hormat.”
Sang Buddha berkata kepada Rāhula: “Bagus, dengarkanlah pada apa yang akan kuajarkan kepadamu. Apa pun mata, apakah masa lampau, masa depan atau masa sekarang, internal atau eksternal, kasar atau halus, indah atau menjijikkan, jauh atau dekat, seseorang dengan benar merenungkan sebagaimana adanya bahwa semua itu adalah bukan diri, tidak berbeda dari diri [dalam pengertian dimiliki olehnya], tidak ada [di dalam diri, ataupun suatu diri] ada [di dalamnya].
“Rāhula, telinga … hidung … lidah … badan … pikiran juga seperti ini.
“Rāhula, dengan mengetahui seperti ini dan melihat seperti ini, dalam tubuh milikku ini dengan kesadaran dan semua tanda eksternal, [pemikiran] ‘aku’, ‘milikku’, dan kecenderungan yang mendasari, belenggu, dan kemelekatan pada kesombongan-aku tidak muncul. Rāhula, dengan cara ini seorang bhikkhu melampaui dualitas, bebas dari semua tanda, damai, dan terbebaskan. Rāhula, dengan cara ini seorang bhikkhu meninggalkan semua ketagihan dan keinginan, berbalik dan meninggalkan semua ikatan, dan [mencapai] terlampauinya dukkha yang tiada bandingnya.”
Ketika Sang Buddha telah mengucapkan kotbah ini, mendengarkan apa yang telah dikatakan Sang Buddha, Yang Mulia Rāhula bergembira dan menerimanya dengan hormat.
Seperti halnya untuk landasan indera internal, dengan cara yang sama juga untuk landasan indera eksternal … sampai dengan … untuk perasaan yang muncul bergantung pada kontak pikiran, [kotbah-kotbah] diulangi secara penuh seperti di atas.