Saṃyuktāgama

200. Kotbah Ketiga kepada Rāhula

Demikianlah telah kudengar. Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

Pada waktu itu Yang Mulia Rāhula mendekati Sang Buddha, memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki Sang Buddha, mengundurkan diri untuk berdiri pada satu sisi, dan berkata kepada Sang Buddha:

“Akan baik jika Sang Bhagavā mengajarkanku Dharma sedemikian sehingga, ketika telah mendengar Dharma itu, aku akan di tempat yang sunyi dan terpencil menjalankan perenungan meditatif dan berdiam dengan ketekunan. Setelah menjalankan perenungan meditatif di tempat yang sunyi dan terpencil dan berdiam dengan ketekunan, aku akan merenungkan dengan cara demikian [sehingga merealisasikan] itu untuk tujuan di mana para anggota keluarga mencukur rambut dan janggutnya, dengan keyakinan benar menjadi tanpa rumah, pergi meninggalkan keduniawian untuk berlatih dalam sang jalan, untuk menjalankan dan menjunjung tinggi kehidupan suci. Aku di sini dan sekarang akan merealisasikan dan mengetahui dengan diriku sendiri bahwa: ‘Kelahiran bagiku telah dilenyapkan, kehidupan suci telah dikembangkan, apa yang harus dilakukan telah dilakukan’, aku sendiri mengetahui bahwa tidak akan ada kelangsungan yang lebih jauh lagi.”

Kemudian Sang Bhagavā, yang melihat bahwa pembebasan pikiran Rāhula dan kebijaksanaannya belum matang, bahwa ia belum siap untuk menerima Dharma yang lebih tinggi, bertanya kepada Rāhula: “Apakah engkau telah mengajarkan lima kelompok unsur kehidupan yang dilekati kepada orang-orang?”

Rāhula berkata kepada Sang Buddha: “Belum, Sang Bhagavā.”

Sang Buddha berkata kepada Rāhula: “Engkau seharusnya menguraikan lima kelompok unsur kehidupan yang dilekati kepada orang-orang.”

Kemudian, setelah menerima instruksi ini dari Sang Buddha, pada kesempatan lain Rāhula menguraikan lima kelompok unsur kehidupan yang dilekati kepada orang-orang. Setelah mengajar mereka, ia mendekati Sang Buddha lagi, memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki Sang Buddha, mengundurkan diri untuk berdiri pada satu sisi, dan berkata kepada Sang Buddha:

“Sang Bhagavā, aku telah mengajarkan lima kelompok unsur kehidupan yang dilekati kepada orang-orang. Aku berharap Sang Bhagavā mengajarkanku Dharma sedemikian sehingga, ketika telah mendengar Dharma itu, aku akan di tempat yang sunyi dan terpencil menjalankan perenungan meditatif dan berdiam dengan ketekunan … sampai dengan … mengetahui dengan diriku sendiri bahwa tidak akan ada kelangsungan yang lebih jauh lagi.”

Kemudian Sang Bhagavā, yang melihat lagi bahwa pembebasan pikiran Rāhula dan pengetahuannya belum matang, bahwa ia belum siap menerima Dharma yang lebih tinggi, bertanya kepada Rāhula: “Apakah engkau telah mengajarkan enam landasan indera kepada orang-orang?”

Rāhula berkata kepada Sang Buddha: “Belum, Sang Bhagavā.”

Sang Buddha berkata kepada Rāhula: “Engkau seharusnya menguraikan enam landasan indera kepada orang-orang.”

Kemudian, pada kesempatan lain Rāhula menguraikan enam landasan indera kepada orang-orang. Setelah mengajarkan enam landasan indera, ia mendekati Sang Buddha, memberikan penghormatan dengan kepalanya pada [kaki Sang Buddha], mengundurkan diri untuk berdiri pada satu sisi, dan berkata kepada Sang Buddha:

“Sang Bhagavā, aku telah menguraikan enam landasan indera kepada orang-orang. Aku berharap Sang Bhagavā mengajarkanku Dharma sedemikian sehingga, ketika telah mendengar Dharma itu, aku akan di tempat yang sunyi dan terpencil menjalankan perenungan meditatif dan berdiam dengan ketekunan … sampai dengan … mengetahui dengan diriku sendiri bahwa tidak akan ada kelangsungan yang lebih jauh lagi.”

Kemudian Sang Bhagavā, yang [lagi] melihat bahwa pembebasan pikiran Rāhula dan pengetahuannya belum matang, bahwa ia belum siap menerima Dharma yang lebih tinggi, bertanya kepada Rāhula: “Apakah engkau telah mengajarkan prinsip sebab-akibat [yang saling bergantungan] kepada orang-orang?”

Rāhula berkata kepada Sang Buddha: “Belum, Sang Bhagavā.”

Sang Buddha berkata kepada Rāhula: “Engkau seharusnya menguraikan prinsip sebab-akibat [yang saling bergantungan] kepada orang-orang.”

Kemudian Rāhula, setelah pada kesempatan lain memberikan secara panjang lebar ajaran-ajaran tentang prinsip sebab-akibat [yang saling bergantungan] kepada orang-orang, mendekati Sang Buddha, memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki [Sang Buddha], mengundurkan diri untuk berdiri pada satu sisi, dan berkata kepada Sang Buddha:

“[Semoga] Sang Bhagavā mengajarkanku Dharma sedemikian sehingga, ketika telah mendengar Dharma itu, aku akan di tempat yang sunyi dan terpencil menjalankan perenungan meditatif dan berdiam dengan ketekunan … sampai dengan … mengetahui dengan diriku sendiri bahwa tidak akan ada kelangsungan yang lebih jauh lagi.”

Kemudian Sang Bhagavā, yang melihat lagi bahwa pembebasan pikiran Rāhula dan pengetahuannya belum matang … untuk diucapkan secara lengkap sampai dengan … beliau berkata kepada Rāhula: “Engkau seharusnya di tempat yang sunyi dan terpencil menjalankan perenungan meditatif dan menyelidiki makna ajaran-ajaran yang engkau ajarkan sebelumnya itu.”

Kemudian Rāhula, setelah menerima instruksi dan perintah Sang Buddha, merenungkan ajaran-ajaran yang telah ia dengar sebelumnya dan telah ia ajarkan, dengan menyelidiki maknanya. Ia berpikir: “Semua ajaran ini berlanjut menuju Nirvāṇa, mengalir menuju Nirvāṇa, akhirnya mengembangkan [seseorang] dalam Nirvāṇa.”

Kemudian Rāhula pergi menemui Sang Buddha, memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki [Sang Buddha], mengundurkan diri untuk berdiri pada satu sisi, dan berkata kepada Sang Buddha: “Sang Bhagavā, di tempat yang sunyi dan terpencil aku merenungkan ajaran-ajaran yang telah kudengar sebelumnya dan telah kuajarkan, dengan menyelidiki maknanya. Aku memahami bahwa semua ajaran ini berlanjut menuju Nirvāṇa, mengalir menuju Nirvāṇa, dna akhirnya mengembangkan [seseorang] dalam Nirvāṇa.”

Kemudian Sang Bhagavā, yang melihat bahwa pembebasan pikiran Rāhula dan pengetahuannya sudah matang, bahwa ia sudah siap untuk menerima Dharma yang lebih tinggi, berkata kepada Rāhula: “Rāhula, segala hal adalah tidak kekal. Apakah hal-hal yang tidak kekal? Yaitu, mata adalah tidak kekal, bentuk, kesadaran-mata, kontak-mata …” seperti yang diucapkan di atas secara terperinci tentang ketidakkekalan.

Kemudian Rāhula, setelah mendengar apa yang dikatakan Sang Buddha, merasa gembira, senang, memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, dan kembali.

Kemudian, setelah menerima pengajaran Sang Buddha, Rāhula menjalankan perenungan meditatif di tempat yang sunyi dan terpencil dan berdiam dengan ketekunan. Itu untuk tujuan di mana para anggota keluarga mencukur rambut dan janggut mereka, mengenakan jubah kuning, untuk berlatih kehidupan suci … sampai dengan … ia di sini dan saat ini merealisasi dan mengetahui dengan dirinya sendiri bahwa: ‘Kelahiran bagiku telah dilenyapkan, kehidupan suci telah dikembangkan, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, aku sendiri mengetahui bahwa tidak akan ada kelangsungan yang lebih jauh lagi.” Ia telah menjadi seorang arahant yang pikirannya terbebaskan dengan baik.

Ketika Sang Buddha telah mengucapkan kotbah ini, mendengarkan apa yang telah dikatakan Sang Buddha, Rāhula bergembira dan menerimanya dengan hormat.