Saṃyuktāgama

71. Kotbah tentang Identitas

Demikianlah telah kudengar. Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Aku sekarang akan mengajarkan kalian identitas, munculnya identitas, lenyapnya identitas, dan jalan menuju lenyapnya identitas. Dengarkanlah dan perhatikan dengan seksama pada apa yang akan Ku-katakan kepada kalian.

“Apakah identitas? Yaitu, ini adalah lima kelompok unsur kehidupan yang dilekati. Apakah lima hal itu? Mereka adalah kelompok unsur bentuk jasmani yang dilekati… perasaan… persepsi… bentukan… kelompok unsur kesadaran yang dilekati. Ini disebut identitas.

“Apakah munculnya identitas? Ini adalah ketagihan terhadap kemenjadian masa depan, yang bergabung dengan nafsu dan kesenangan, yang menyenangi dengan keterikatan di sini dan di sana – ini disebut munculnya identitas.

“Apakah lenyapnya identitas? Ini adalah ditinggalkannya tanpa sisa ketagihan terhadap kemenjadian masa depan ini, yang bergabung dengan nafsu dan kesenangan, yang menyenangi dengan keterikatan di sini dan di sana, memuntahkannya, melenyapkannya, memudarnya, lenyapnya – ini disebut lenyapnya identitas.

“Apakah jalan menuju lenyapnya identitas? Yaitu, in adalah jalan mulia berunsur delapan: pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar. Ini disebut jalan menuju lenyapnya identitas.

“Inilah yang disebut [penjelasan dari:] ‘Aku akan mengajarkan kalian identitas, munculnya identitas, lenyapnya identitas, dan jalan menuju lenyapnya identitas’.”

Ketika Sang Buddha telah mengucapkan kotbah ini, para bhikkhu, yang mendengarkan apa yang dikatakan Sang Buddha, bergembira dan menerimanya dengan hormat.

Satu [kotbah] lainnya harus dibacakan dengan cara yang sama, dengan perbedaan: “kalian seharusnya memahami identitas, kalian seharusnya memahami ditinggalkannya munculnya identitas, kalian seharusnya memahami realisasi lenyapnya identitas, dan kalian seharusnya memahami pelatihan jalan menuju ditinggalkannya identitas.”

Ketika Sang Buddha telah mengucapkan kotbah ini, para bhikkhu, yang mendengarkan apa yang dikatakan Sang Buddha, bergembira dan menerimanya dengan hormat.

Seperti halnya “Aku akan mengajarkan”, [demikian juga] “terdapat” dan “kalian seharusnya memahami”, [tiga kotbah] seharusnya dibacakan dengan cara yang sama, lagi dengan perbedaan: “seorang bhikkhu yang memahami identitas, meninggalkan munculnya identitas, merealisasi lenyapnya identitas, dan berlatih jalan menuju lenyapnya identitas disebut seorang bhikkhu yang telah meninggalkan belenggu keinginan dan ketagihan, dan semua yang bersifat membelenggu, yang telah mengembangkan pemahaman dan sepenuhnya membuat akhir dukkha.”

Lagi [ini seharusnya dibacakan] dengan perbedaan: “Ini disebut seorang bhikkhu yang [telah mencapai] akhir sepenuhnya, kebebasan tertinggi dari debu [batin], kehidupan suci tertinggi, seorang manusia sejati [sappurisa].”

Lagi [ini seharusnya dibacakan] dengan perbedaan ini: “Ini disebut seorang bhikkhu yang adalah seorang arahant, yang telah melenyapkan arus-arus [kekotoran batin], yang telah melakukan apa yang harus dilakukan, yang telah melepaskan beban berat, yang telah mendapatkan manfaatnya sendiri, yang telah melenyapkan semua belenggu kehidupan, dan yang pikirannya telah terbebaskan dengan pemahaman benar.”

Lagi [ini seharusnya dibacakan] dengan perbedaan ini: “Ini disebut seorang bhikkhu yang telah meninggalkan penghalang, menyeberangi parit, melampaui pembatasan, melepaskan semua penjaga, dan mendirikan panji Dharma yang mulia.”

Lagi [ini seharusnya dibacakan] dengan perbedaan: “Apakah ditinggalkannya penghalang? Yaitu, ini adalah ditinggalkannya lima jenis belenggu yang lebih rendah. Apakah menyeberangi parit? Yaitu, ini adalah menyeberangi parit ketidaktahuan yang dalam. Apakah melampaui pembatasan? Yaitu, ini adalah [terlampauinya] [lingkaran] kelahiran dan kematian tanpa awal yang tertinggi. Apakah melepaskan semua penjaga? Yaitu, ini adalah pelenyapan ketagihan terhadap kemenjadian. Apakah mendirikan panji Dharma yang mulia? Yaitu, ini adalah pelenyapan kesombongan-‘aku’.”

Lagi [ini seharusnya dibacakan] dengan perbedaan ini: “Ini disebut seorang bhikkhu yang telah meninggalkan lima faktor, yang telah menyelesaikan enam faktor, yang dilindungi oleh yang satu, yang telah menyokong empat jenis, yang telah melepaskan semua kebenaran [duniawi individual], yang bebas dari pencarian apa pun, yang telah memurnikan semua realisasi, yang perbuatan jasmaninya tenang, yang pikirannya terbebaskan dengan baik, yang terbebaskan dengan baik melalui kebijaksanaan, yang satu demi satu berkembang dalam kehidupan suci, yang adalah seorang yang tiada bandingnya.”